Sunday 18 May 2014

Akhlak,Etika dan Moral dalam Islam

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Agama Islam mengatur berbagai aspek dalam kehidupan, antara lain : fiqih, aqidah, muamalah, akhlaq, dan lain-lain. Seorang muslim bisa dikatakan sempurna apabila mampu menguasai dan menerapkan aspek-aspek tersebut sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist.
Dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pergaulan, kita mampu menilai   perilaku seseorang, apakah itu baik atau buruk. Hal tersebut dapat terlihat dari cara bertutur kata dan bertingkah laku. Akhlak, moral, dan etika masing-masing individu berbeda-beda, hal tersebut dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal tiap-tiap individu.
Di era kemajuan IPTEK seperti saat ini, sangat berpengaruh terhadap perkembangan akhlak, moral, dan etika seseorang. Kita amati perkembangan perilaku seseorang pada saat ini sudah jauh dari ajaran Islam, sehingga banyak kejadian masyarakat saat ini yang cenderung mengarah pada perilaku yang kurang baik.
Oleh karena itu, penulis membuat makalah ini dengan harapan agar akhlak, moral, dan etika yang kurang baik dapat diperbaiki sesuai dengan ajaran Islam.
1.2 RUMUSAN MASALAH
  1. Apa pengertian Akhlak, Moral dan Etika, serta bagaimana perbedaanya?
  2. Apa saja karakteristik Akhlak dalam Islam?
  3. Bagaimana proses terbentuknya Akhlak dalam Islam?
  4. Apa saja yang menjadi tolak ukur Akhlak baik dan buruk?
  5. Apa saja jenis-jenis Akhlak dalam Islam?
  6. Apa saja faktor-faktor yang membentuk dan yang mempengaruhi Akhlak manusia?
  7. Apa pengertian dari perilaku adil, syukur, sabar, dan pemaaf ? Bagaimana cara mengembangkan perilaku adil, sabar, syukur, dan pemaaf di dalam pergaulan serta implementasinya dalam kehidupan?
1.3 TUJUAN
  1. Mengetahui pengertian akhlak, moral dan etika serta perbedaanya?
  2. Memahami karakteristik akhlak dalam Islam
  3. Mengetahui proses terbentuknya akhlak dalam Islam
  4. Mengetahui tolak ukur akhlak baik dan buruk
  5. Mengetahui jenis-jenis akhlak dalam Islam
  6. Mengetahui pengertian perilaku adil, syukur, sabar dan pemaaf dan bagaimana cara mengembangkan perilaku ini serta implementasi dalam kehidupan?
  7. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang membentuk dan mempengaruhi  akhlak manusia
1.4 MANFAAT
1)      Memberi pengetahuan kepada pembaca mengenai akhlak, etika dan moral sesuai dengan agama islam.
2)      Pembaca diharapkan dapat membedakan baik buruknya perilaku seseorang.
3)      Pembaca diharapkan mampu merubah akhlak yang kurang baik menjadi akhlak yang sesuai ajaran islam.
4)      Sebagai pedoman dan tolak ukur berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN AKHLAK, MORAL, DAN ETIKA
A. Pengertian Akhlak
     Secara bahasa bentuk jamak dari akhlak adalah khuluq, yang memiliki arti tingkah laku, perangai dan tabiat. Secara istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi. (Azyumadi.2002.203-204)
Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah, kita dapat merujuk kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibn Miskawaih (w. 421 H/1030 M) yang selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara singkat mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Sementara itu, Imam Al-Ghazali (1015-1111 M) yang selanjutnya dikenal sebagai hujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan, dengan agak lebih luas dari Ibn Miskawaih, mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gambling dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Definisi-definisi akhlak tersebut secara subtansial tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima cirri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu; pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiaannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa saat melakukan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. Kelima, sejalan dengan cirri yang keempat perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian. (Amiruddin.2010)
B. Pengertian Moral
Secara bahasa dibentuk dari bentuk dari kata mores yang artinya adat kebiasaan. Moral ini selalu dikaitkan dengan ajaran baik/buruk yang diterima umum/masyarakat. .(Azyumadi.2002.203-204)
Selanjutnya moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktifitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan lainnya, kita dapat mengetakan bahwa antara etika dan moral memiki objek yang sama, yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan manusia selanjutnya ditentukan posisinya apakah baik atau buruk. (Amiruddin.2010)
C. Pengertian Etika
Sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai suatu masyarakat tertentu, etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, karena itu yang menjadi standar baik dan buruk adalah akal manusia. (Azyumadi.2002.203-204)
Berikutnya, dalam encyclopedia Britanica, etika dinyatakan sebagai filsafat moral, yaitu studi yang sitematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah, dan sebagainya. Dari definisi etika tersebut, dapat segera diketahui bahwa etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut. Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh manusia. Kedua dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak, absolute dan tidak pula universal. Ia terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebihan dan sebagainya.
Selain itu, etika juga memanfaatkan berbagai ilmu yang membahas perilaku manusia seperti ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan sebagainya. Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Dengan demikian etika lebih berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian sistem nilai-nilai yang ada. Keempat, dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.
Dengan cirri-cirinya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang dikemukakan para filosof barat mengenai perbuatan baik atau buruk dapat dikelompokkan kepada pemikiran etika, karena berasal dari hasil berfikir. Dengan demikian etika sifatnya humanistis dan antroposentris yakni bersifat pada pemikiran manusia dan diarahkan pada manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasulkan oleh akal manusia. . (Amiruddin.2010)
D. Perbedaan Akhlak, Moral, dan Etika
1.Akhlak : standar perenentuan Al-Qur’an dan Al-Hadits
2.Moral : besifat lokal/khusus
3.Etika : lebih bersifat teoritis/umum
(Azyumadi.2002.203-204)
Perbedaaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik buruk itu adalah al-qur’an dan al-hadis.
Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pula pada sifat dan kawasan pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan susila lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan susila bersifat local dan individual. Etika menjelaskan ukuran baik-buruk, sedangkan moral dan susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan. (Amiruddin.2010)
2.2 KHAREKTERISTIK AKHLAK ISLAM
Secara sederhana akhlak Islami dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di belakang kata akhlak dalam hal menempati posisi sebagai sifat. Dengan demikian akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah-daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak Islami juga bersifat universal. Namun dalam rangka menjabarkan akhlak islami yang universal ini diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan moral.
Dengan kata lain akhlak Islami adalah akhlak yang disamping mengakui adanya nilai-nilai universal sebagai dasar bentuk akhlak, juga mengakui nilai-nilai bersifat lokal dan temporal sebagai penjabaran atas nilai-nilai yang universal itu. Namun demikian, perlu dipertegas disini, bahwa akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika atau moral, walaupun etika dan moral itu diperlukan dalam rangka menjabarkan akhlak yang berdasarkan agama (akhlak Islami). Hal yang demikian disebabkan karena etika terbatas pada sopan santun antara sesama manusia saja, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Jadi ketika etika digunakan untuk menjabarkan akhlak Islami, itu tidak berarti akhlak Islami dapat dijabarkan sepenuhnya oleh etika atau moral.
Ruang lingkup akhlak Islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah (agama/Islam) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa).
2.3 PROSES TERBENTUKNYA AKHLAK DALAM ISLAM
a.       Reinforcement
Reinforcement merupakan penguatan yang diberikan terhadap perilaku manusia. Reinforcement dibedakan menjadi 2, yaitu reinforcement positif dan reinforcement negative. Ketika dalam berperilaku manusia mendapatkan reinforcement positif, maka ia akan merasakan kenikmatan, kenyamanan dalam perilakunya. Sehingga  perilaku tersebut akan selalu diulang – ulang, dan akan menjadi sebuah akhlak. Misalkan, anak yang hidup di keluarga yang sangat sayang kepada anaknya, anak tersebut ketika habis makan, piringnya dicucikan pembantu, makan diambilkan, orang tua membiarkan anaknya berperilaku seperti itu bahkan semakin disayang. Hal ini merupakan reinforcement positif, yang membuat ia merasakan kenyamanan dan kenikmatan, sehingga ia akan sering melakukan perilaku tersebut, ia menjadi terkondisikan untuk dimanja, sehingga ia akan memiliki kepribadian anak yang manja. Tetapi saat ia berperilaku manja dengan tidak mencuci piring setelah makan, dan orang tuanya memarahi dia bahkan memukul. Ia akan menjadi jera dan tidak akan mengulangi perbuatannya tersebut, hal inilah yang disebut reinforcement negative.     
Dalam Islam, reinforcement positif ini bisa berbentuk penghargaan atau pujian, pahala, masuk surga yang membuat orang akan ketagihan untuk berperilaku baik, sehingga membentuk kepribadian yang baik. Sebaliknya, hinaan, hukuman atau dosa, masuk neraka, merupakan reinforcement negative, yang membuat orang tidak akan mengulangi perilaku buruknya, sehingga tidak terbentuk akhlak negative.
b. Peran hereditas, fitrah manusia dan lingkungan dalam      terbentuknya akhlak
  • Pengaruh hereditas
Rasulullah saw. menjelaskan bahwa faktor hereditas memiliki pengaruh pada perbedaan individu. Menurut Rasulullah, Allah Ta’ala telah menciptakan Adam as.dari segumpal tanah yang berasal dari semua unsur tanah yang ada di permukaan bumi. Abu Hurairah berkata, “Ada seorang laki-laki dari Bani Fazarah datang kepada Nabi saw. seraya berkata, ‘ Istriku telah melahirkan seorang anak berkulit hitam.’ Nabi saw. bersabda, Apakah kamu memiliki unta ? ‘ Lelaki itu menjawab, ‘Ya.’ Rasulullah bertanya Apa warnanya?’ Lelaki itu menjawab, ‘Merah.’ Rasulullah bertanya lagi, Apakah kehitam-hitaman?’ Lelaki itu berkata, ‘Sebenarnya memang kehitam-hitaman.’ Lelaki itu kembali berkata, ‘Lantas dari mana datangnya waran hitam pada unta itu?’ Rasulullah bersabda, ‘Mungkin karena faktor keturunan.
  • Fitrah manusia
Hakikat manusia adalah terdiri dari materi dan ruh, sehingga manusia memiliki sifat hewan dan malaikat. Karena materi memiliki sifat keduniawian yang cenderung ke hawa nafsu, sedangkan ruh atau jiwa merupakan sifat akhirat, dimana cenderung menuju pada kebenaran ( suara kebenaran ). Sehingga secara fitrah manusia memiliki sifat yang menuju pada kebenaran dan menuju pada keburukan. “ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada firah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui “.( Ar Rum 30 ). Sehingga ketika manusia dalam memutuskan sebuah perilaku, ia akan dipengaruhi oleh firah tersebut. Ketika perilaku cenderung ke suara kebenaran, maka ia akan memiliki akhlak yang baik, dan sebaliknya.
  • Pengaruh lingkungan
Kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosial dan budaya setempat, tradisi, nilai-nilai, perilaku kedua orang tuanya, cara orang tua mendidik dan memperlakukannya, berbagai macam media, juga dipengaruhi oleh beragam peristiwa yang dialami dalam kehidupannya. Anak akan mempelajari bahasa yang dipergunakan sebagai alat komunikasi kedua orang tua­nya, mempelajari agama yang diyakini kedua orang tuanya, dan mempelajari akhlak, kecenderungn, serta pemikiran kedua orang tuanya.
Rasulullah saw. telah mengisyaratkan peran penting keluarga dalam pertumbuhan kepribadian anak. Beliau bersabda, ” Tidak ada yang lahir melainkan terlahir dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nashrani, atau Majusi. Sebagaimana binatang yang melahirkan seekor annk dengan sempurna, apakah kalian rasa ada cacat pada anak binatang itu ? ”Abu Musi meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya perumpamaan teman yang salih dan teman yang buruki tu ibarat penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi bisa jadi akan memberimu minyak, atau kamu akan membeli minyak, atau kamu akan mendapat aroma wa­ngi darinya. Sementara pandai besi, bias jadi ia akan membakar busanamu atau kamu akan menjumpai aroma tidak sedap darinya.” Rasulullah saw. Juga bersabda, ” Seseorang berpijak pada agama temannya. Maka, lihatlah siapa yang menjadi temannya !
2.4 TOLAK UKUR AKHLAK BAIK BURUK DALAM ISLAM
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khoir ( dalam bahasa arab ) atau good ( dalam bahasa Inggris ). Dikatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dan kepuasan, kesenangan, persesuaian, dan seterusnya.
Pengertian baik menurut Etik adalah sesuatu yang berharga untuk tujuan. Sebaiknya yang tidak berharga, tidak berguna untuk tujuan apabila yang merugikan, atau yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan adalah buruk dan yang disebut baik dapat pula berarti sesuatu yang mendatangkan memberikan perasaan senang atau bahagia. Dan adapula yang berpendapat yang mengatakan bahwa secara umum, bahwa yang disebut baik atau kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia.
Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al-Qur’an dan Al-Hadits.
  1. Menurut aliran Ahlusunnah Wal Jama’ah
Aliran ini berpendapat bahwa ketentuan baik dan buruk sudah ada ketentuan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Untuk menentukan hal yang baik dan buruk, aliran ini mendahulukan nash lalu akal.
  1. Menurut aliran Tasawwuf
Aliran tasawwuf adalah suat paham yang mementingkan kehidupan spiritual dari pada materi. Menurut ahli tasawwuf, nilai baik dapat diukur dari perasaan bahagia. Begitupula dengan nilai buruk, yang ditandai dengan hal-hal yang menyengsarakan. kebaikan dan keburukan menurut panilaian ahli tasawwuf adalah terkait dengan kehidupan ukhrowi, jika kebaikan diperoleh di dunia, maka kebaikan tersebut harus menjadi penyebab untuk memperoleh kebaikan di akhirat.
2.5 JENIS-JENIS AKHLAK
Dari segi sifatnya, akhlak dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, akhlak yang baik, atau disebut juga akhlak mahmudah (terpuji) atau akhlak al-karimah; dan kedua, akhlak yang buruk atau akhlak madzmumah.
  1. A.    Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan seseorang. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari sifat-sifat yang terpuji pula”.
Sifat terpuji yang dimaksud adalah, antara lain: cinta kepada Allah, cinta kepada rasul, taat beribadah, senantiasa mengharap ridha Allah, tawadhu’, taat dan patuh kepada Rasulullah, bersyukur atas segala nikmat Allah, bersabar atas segala musibah dan cobaan, ikhlas karena Allah, jujur, menepati janji, qana’ah, khusyu dalam beribadah kepada Allah, mampu mengendalikan diri, silaturrahim, menghargai orang lain, menghormati orang lain, sopan santun, suka bermusyawarah, suka menolong kaum yang lemah, rajin belajar dan bekerja, hidup bersih, menyayangi binatang, dan menjaga kelestarian alam.
B. Akhlak Madzmumah
Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia.
Sifat yang termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan dengan akhlak mahmudah, antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad, takabbur, riya, dengki, bohong, menghasut, kikil, bakhil, boros, dendam, khianat, tamak, fitnah, qati’urrahim, ujub, mengadu domba, sombong, putus asa, kotor, mencemari lingkungan, dan merusak alam.
Demikianlah antara lain macam-macam akhlak mahmudah dan madzmumah. Akhlak mahmudah memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, sedangkan akhlak madzmumah merugikan diri sendiri dan orang lain. Allah berfirman dalam surat At-Tin ayat 4-6.Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan mereka ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). Kecuali yang beriman dan beramal shalih, mereka mendapat pahala yang tidak ada putusnya.”
2.6 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMBENTUK DAN MEMPENGARUHI AKHLAK
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Akhlak antara lain adalah:
  1. 1.      Insting (Naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh kehendak yang dimotori oleh Insting seseorang ( dalam bahasa Arab gharizah). Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Para Psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku antara lain adalah:
a. Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu hasrat makan tanpa didorang oleh orang lain.
b. Naluri Berjodoh (seksul instinct).
c. Naluri Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.
d. Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk mempertahnkan diri dari gangguan dan tantangan.
e. Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya.
Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu dipelajrari terlebih dahulu.
2. Adat/Kebiasaan
Adat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat: perbuatan manusia, apabila dikerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu dinamakan adat kebiasaan.
  1. 3.    Wirotsah (keturunan)
Warisan adalah: Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya.
4. Milieu
Artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara sedangkan lingkungan manusia, ialah apa yang mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan masyarakat. milieu ada 2 macam:
1)      Lingkungan Alam
Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau mematangkan pertumbuhn bakat yang dibawa oleh seseorang. Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang badui yang kencing di serambi masjid, seorang sahabat membentaknya tapi nabi melarangnya. Kejadian diatas dapat menjadi contoh bahwa badui yang menempati lingkungan yang jauh dari masyarakat luas tidak akan tau norma-norma yang berlaku.
2)      Lingkungan pergaulan
Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku. Contohnya Akhlak orang tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh guru di sekolah.
2.7 PENGERTIAN ADIL, SYUKUR, SABAR, DAN PEMAAF  DAN IMPELENTASI DALAM KEHIDUPAN
A. Pengertian Adil
Adil berasal dari bahasa Arab yang berarti berada di tengah-tengah, jujur, lurus, dan tulus. Secara terminologis adil bermakna suatu sikap yang bebas dari diskriminasi, ketidakjujuran. Dengan demikian orang yang adil adalah orang yang sesuai dengan standar hukum baik hukum agama, hukum positif (hukum negara), maupun hukum sosial (hukum adat) yang berlaku. Dalam Al Quran, kata ‘adl disebut juga dengan qisth (QS Al Hujurat 49:9).
Dengan demikian, orang yang adil selalu bersikap imparsial, suatu sikap yang tidak memihak kecuali kepada kebenaran. Bukan berpihak karena pertemanan, persamaan suku, bangsa maupun agama. Keberpihakan karena faktor-faktor terakhir bukan berdasarkan pada kebenaran– dalam Al Quran disebut sebagai keberpihakan yang mengikuti hawa nafsu dan itu dilarang keras (QS An Nisa’ 4:135). Dengan sangat jelas Allah menegaskan bahwa kebencian terhadap suatu golongan, atau individu, janganlah menjadi pendorong untuk bertindak tidak adil (QS Al Maidah 5:8).
An-Nisaa’ Ayat : 58
إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤدُّواْ الأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن تَحْكُمُواْ بِالْعَدْلِ إِنَّ اللّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِ إِنَّ اللّهَ كَانَ سَمِيعاً بَصِيراً
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
Mengapa Islam menganggap sikap adil itu penting? Salah satu tujuan utama Islam adalah membentuk masyarakat yang menyelamatkan; yang membawah rahmat pada seluruh alam –rahmatan lil alamin (QS Al Anbiya’ 21:107). Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa seorang individu muslim yang berperilaku adil akan memiliki citra dan reputasi yang baik serta integritas yang tinggi di hadapan manusia dan Tuhan-nya. Karena, sifat dan perilaku adil merupakan salah satu perintah Allah (Qs Asy Syuro 42:15) dan secara explisit mendapat pujian (QS Al A’raf 7:159).

B. Pengertian Syukur
Pengertian syukur secara terminology berasal dari kata bahasa Arab, berasal dari kata شكر-يشكر-شكرا‘’ yang berarti berterima kasih kepada atau dari kata lain ‘’ شكر‘’ yang berati pujian atau ucapan terima kasih atau peryataan terima kasih. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia syukur memiliki dua arti yang pertama, syukur berarti rasa berterima kasih kepada Allah dan yang kedua, syukur berarti untunglah atau merasa lega atau senang dan lain lain. Sedangkan salah satu kutipan lain menjelaskan bahwa syukur adalah gambaran dalam benak tetang nikmat dan menampakkannya ke permukaan. Lain hal dengan sebagaian ulama yang menjelaskan syukur berasal dari kata ‘’syakara’’ yang berarti membuka yang dilawan dengan kata ‘’kufur’’ yang berarti ‘’menutup atau melupakan segala nikmat dan menutup-nutupinya. Syukur adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan peneriaan terhadap suatu pemberian atau anugerah dalam bentuk pemanfaatan dan penggunaan yang sesuai dengan kehendak pemberinya.
C. Pengertian Sabar
Sabar berasal dari bahasa Arab dari akar SHABARA (صَبَرَ), hanya tidak yang berada dibelakang hurufnya karena ia tidak bias berdiri sendiri. Shabara’ala (صَبَرَ عَلَى) berarti bersabar atau tabah hati, shabara’an (صَبَرَ عَنْ) berarti memohon atau mencegah, shabarabihi (صَبَرَ بِهِ) berarti menanggung.
Sabar dalam bahasa Indonesia berarti : Pertama, tahan menghadapi cobaan seperti tidak lekas marah, tidak lekas putus asa dan tidak lekas patah hati, sabar dengan pengertian sepeti ini juga disebut tabah, kedua sabar berarti tenang; tidak tergesa-gesa dan tidak terburu-buru. Dalam kamus besar Ilmu Pengetahuan, sabar merupakan istilah agama yang berarti sikap tahan menderita, hati-hati dalam bertindak, tahan uji dalam mengabdi mengemban perintah-peintah Allah serta tahan dari godaan dan cobaan duniawi Aktualisasi pengertian ini sering ditunjukan oleh para sufi. Sabar adalah sikap jiwa yang ditampilkan dalam penerimaan terhadap sesuatu, baik berkenaan dengan penerimaan tugas dalam bentuk suruhan dan larangan maupun bentuk penerimaan terhadap perlakuan orang lain, serta sikap menghadapi suatu musibah. Sabar dapat dekategorikan ke dalam empat hal, yaitu : sabar terhadap perintah Allah, sabar terhadap larangan Allah, sabar terhadap perbuatan orang, dan sabar menerima musibah
D. Pengertian Pemaaf
Pemaaf berarti merelakan atas kesalahan orang lain. Memaafkan sangat perlu dalam kehidupan manusia. Dengan saling memaafkan, kehidupan ini serasa lebih damai, nyaman dan tentram. Syawal adalah hari yang paling ditunggu oleh semua manusia yang beragama Islam di dunia. Pada hari inilah semua umat Islam di dunia meraikan Aidilfitri yang mulia. Pada hari inilah semua umat Islam bermaaf-maafan sesama sendiri. Tetapi tahukah mereka apa itu pengertian ‘MAAF’ ? Firman Allah SWT : Artinya : “Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. “(Q.S. Al-A’raff: 199)
Jadi disini dapat disimpulkan, mereka yang tidak memaafkan sesama mereka seperti yang sepatutnya adalah orang yang rugi. Ini kerana mereka akan kekurangan kawan dan memutuskan rahmat dari Allah kerana mereka memutuskan silaturahim antara mereka. Jadi mereka yang bukan pemaaf hendaklah dijauhkan diri kerana mereka  adalah orang-orang yang bodoh dan rugi.
Pengertian memaafkan :
1)Anda melupakan hasrat membenci mereka.
2)Anda membatalkan hasrat untuk membalas dendam.
3)Anda membatalkan hasrat menghukum mereka.
4)Anda membatalkan untuk menyimpan dendam.



E. Implementasi Adil, Syukur, Sabar, dan Pemaaf dalam Kehidupan serta Cara Mengembangkan
Cara Mengimplementasikan :
  1. Sabar
Cara mengimplementasikannya adalah
-          Sabar menjalankan perintah Allah SWT
-          Sabar jika tertimpa musibah
-          Sabar menjauhi kemaksiatan
  1. Syukur
Cara mengimplementasikannya adalah
-          Dengan lisan, mengucapkan Alhamdulillah
-          Dengan perbuatan (melaksanakan kewajiban sebagai Hamba Allah SWT)
  1. Pemaaf
Cara mengimplementasikannya adalah
-          Memaafkan kesalahan seseorang meskipun diminta ataupun tidak
-          Tidak menyimpan rasa dendam
  1. Adil
Cara mengimplementasikannya adalah
-          Adil terhadap Allah SWT, sesama manusia, mahluk lainnya
-          Berlaku sesuai pada tempatnya
Cara Mengembangkan :
  1. Teruslah menuntut Ilmu Agama sebagai pedoman sukses di dunia dan akhirat
  2. Berkumpul dengan Sholihin
  3. Patuh dan taat dibawah komando Allah SWT




BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berikut beberapa kesimpulan dari pemaparan tentang akhlak, etika, dan moral dalam Islam :
  • Akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi. Moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Etika adalah studi yang sitematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah, dan sebagainya.
    • Perbedaan Akhlak, Moral Dan Etika:
Akhlak: standar perenentuan Al-Qur’an dan Al-Hadits
Moral : besifat lokal/khusus
Etika : lebih bersifat teoritis/umum
  • Karakteristik akhlak Islam adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah-daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam.
  • Proses terbentuknya akhlak meliputi, reinforcement (penguatan yang diberikan terhadap perilaku manusia, dan adanya peran hereditas, fitrah manusia dan lingkungan dalam terbentuknya akhlak.
  • Baik atau kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia, sedangkan buruk adalah sesuatu yang tidak berharga, tidak berguna, merugikan, atau yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan.
  • Akhlak manusia di bagi menjadi dua, yaitu Akhlak Mahmudah dan Akhlak Madzmumah. Akhlak Mahmudah adalah akhlak yang terpuji. Sedangkan, Akhlak Madzmumah adalah akhlak yang tercela.
  • Terdapat lima faktor yang membentuk dan yang mempengaruhi akhlaq manusuia, yaitu insting (naluri), adat atau kebiasaan, wirotsah (keturunan), dan milieu.
  • Untuk membentuk kehidupan yang tentram dan harmonis perlulah manusia untuk memiliki sifat sabar, adil, syukur dan pemaaf yang harus tertanam di dalam diri manusia.
3.2 REKOMENDASI
Setelah menyelesaikan pembahasan makalah yang berjudul “Akhlak, Moral dan Etika, Penulis mengharapkan pembaca dapat mengetahui dan memahami perilaku baik dan buruk dalam kehidupan, sehingga dapat mengaplikasikan perilaku baik tersebut sesuai dengan ajaran Agama Islam, serta menjauhi dan meninggalkan perilaku yang tidak sesuai dengan Ridho’ Allah SWT.




DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Drs., H., dkk. 1991. MKDU Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Bumi Aksara.
Asmara, Drs.,M.A.1992. Pengantar studi akhlak. Jakarta : Rajawali Pers.
Azra, Azyunardi, prof., Dr., dkk. 2002. Buku Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta : Direktur Perguruan Tinggi Agama Islam.
Derajat, Zakiah, Prof., Dr., dkk. 1984. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta ; Bulan Bintang.
Nurdin, Muslim, Drs., K.H., dkk. Moral dan Kognisi Islam (Buku teks Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum). Bandung : CV Alvabeta.


No comments:

Post a Comment